DO’A TIDAK BERGUNA?

Penulis: Asyuni Keledar, S.Pd, Gr

Persoalan takdir memang sedikit rumit untuk dipahami oleh sebagian orang yang kurang terlatih untuk berpikir secara ilmiah. Sehingga mereka kadang mencampur adukkan antara perbuatan hamba dan perbuatan Tuhan. Di mana perbuatan hamba dianggapnya sebagai perbuatan Tuhan dan sebaliknya perbuatan Tuhan dipahami sebagai perbuatan hamba. Cara berpikir yang tidak benar ini akan menghasilkan konklusi-konklusi yang sangat keliru pula. Inilah yang terjadi dalam sebuah momen debat di FaceBook, di mana seorang atheis “busuk” membuat statemen sebagai berikut:

“Muslim percaya setiap manusia sudah ditakdirkan masing-masing oleh Allah, tapi muslim nampaknya tidak paham apa sebenarnya itu takdir, kalau muslim percaya apa yang namanya takdir seharusnya muslim sadar berdoa itu tidak ada gunanya”

Selanjutnya dia berkata bahwa takdir itu adalah ketetapan Allah/ ketentuan Allah, semua yang terjadi adalah atas kehendak Allah SWT atau seizin Allah SWT. Dia pun memberikan referensi Qur’an Surat At-Talaq:3 (Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu), Al-An’am:59 (tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)), dan Yunus:61 (Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Dari pernyataannya itu dapat kita pahami bahwa semua perbuatan atau usaha manusia itu tidak ada faedahnya sama sekali karena semuanya sudah ditentukan oleh Tuhan. Anda berkerja atau tidak bekerja tidak berpengaruh sedikitpun terhadap apa yang sudah Tuhan tentukan untuk Anda. Misalnya, Tuhan telah menakdirkan untuk Anda memiliki sebuah mobil marcedes. Tanpa Anda berusaha atau bekerja untuk itu pun mobil itu akan anda miliki. Sebaliknya jika Tuhan tidak menakdirkan Anda untuk memiliki mobil tersebut, walaupun Anda berusaha sekuat apapun untuk memilikinya, Anda tidak akan mampu untuk mendapatkannya. Semuanya telah tercatat di buku induk Lauhul Mahfudz. Karena alasan ini, maka benar kata dia, bahwa doa itu tidak ada faedahnya sama sekali.

Untuk memahami persoalan ini, Penulis mengajak Anda untuk kembali membuka lembaran perdebatan antara Jabariyah dan Qadariyah. Di mana Jabariyah berpendapat bahwa semua perbuatan hamba terikat dengan ketentuan dari Tuhan. Jadi bukan Anda yang berbuat melainkan Tuhan yang telah menetapkan bahwa Anda akan berbuat demikian. Anda hanya melakukan apa yang sudah diskenariokan oleh Tuhan. Dalilnya adalah Quran Surat Yunus:61, terjemahnya:

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari al-Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya . Tidak luput dari pengetahuan Tuhan-mu biarpun sebesar dzarrah (atom) di bumi maupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh)”

Atheis “busuk” itu memahami ayat ini sebagai segala sesuatu telah ditentukan oleh Tuhan dan tercatat di Lauhul Mahfudz. Sepertinya ia terinspirasi oleh paham Jabariyah di atas. Paham Jabariyah ini ditentang oleh golongan Qadariyah yang mengatakan bahwa bahwa perbuatan hamba tidak ada intervensi dari Tuhan melainkan (meminjam istilah Harun Nasution) free will dan free act. Yang jelasnya adalah kedua pandangan tersebut sama-sama berada pada posisi yang sangat ekstrim.

Sebenarnya, ketetapan Tuhan itu ada dan berlaku secara umum atas semua makhluk. Misalnya kematian, jenis kelamin perempuan melahirkan sedangkan laki-laki tidak bisa melahirkan. Seseorang akan merasa lapar kalau tidak makan, api sifatnya membakar dan lain-lainnya. Ini adalah ketentuan Tuhan yang tidak ada perubahan padanya. Seseorang tidak bisa merubah jenis kelaminnya menjadi laki-laki untuk menghindari kehamilan hanya dengan cara berdoa. Seseorang juga tidak bisa merubah sifat dasar api yang panas menjadi dingin dengan cara berdoa, dll. Oleh para ulama, takdir ini disebut takdir mubram (tidak bisa dirubah). Di samping itu ada takdir yang disebut muallaq (yang bisa berubah dengan izin Allah melalui do’a atau usaha), Sehingga seseorang bisa menjadi baik dan buruk karena pilihannya sendiri dan atas izin Allah SWT. Mengapa atas izin Allah SWT? Karena meskipun segala sesuatu teremasuk perbuatan hamba sekalipun tetap dalam kuasa Allah yang bisa diintervensi oleh Allah SWT sendiri. Sebagai contoh, sifat dasar api adalah panas dan membakar, ini ketetapan Allah SWT sejak awal dan tidak bisa berubah. Anda akan mati terbakar bila masuk ke dalamnya dengan tujuan untuk membunuh diri. Jika Allah SWT mengizinkan anda mati dengan cara itu, maka Allah SWT membiarkan kehendak anda itu terjadi dan sifat dasar api itu tetap. Sebaliknya, jika Allah SWT tidak mengizinkan anda untuk mati dengan cara tersebut, maka Allah SWT pun berkuasa untuk tetap menghidupkan anda meskipun anda masuk ke dalam api untuk membunuh diri. Inilah yang terjadi pada diri Nabi Ibrahim as, yakni sifat dasar api berubah khusus untuk menyelamatkan Nabi Ibrahim as, dan perubahan itu tidak berlaku atas orang-orang yang menyiksanya. Inilah yang dikenal dengan mukjizat.

Yang dipahami oleh si atheis bahwa semuanya telah ditetapkan oleh Tuhan karena tercatat di Lauhul Mahfudz itu sebenarnya adalah pengetahuan Tuhan tentang hal-hal yang akan terjadi pada makhluknya, bukan seperti scenario film yang dibuat kemudian diperankan oleh pemeran. Jika perbuatan hamba adalah ketentuan dari Tuhan seperti halnya pemain film yang hanya mengikuti skenario, maka hamba tidak boleh mendapat siksa atas perbuatan yang bukan di bawah kehendaknya. Tuhan tidak boleh menghukum hambaNYA yang berzina, membunuh, mencuri dan lain-lain, karena semua perbuatan tersebut bukan di bawah kehendanya melainkan kehendak Tuhan. Dan apa yang menjadi kehendak Tuhan pasti terjadi dan mustahil dikalahkan oleh kehendak seorang hamba. Selanjutnya imbalan surga kepada seorang hamba karena perbuatan baiknya, sama sekali tidak ada faedahnya juga karena hakikatnya adalah kehendak Tuhan juga. Dengan demikian paham Jabariyah ini justeru bertentangan dengan ayat al-Quran yang memerintahkan kita untuk berbuat kebajikan dan takwa serta menghindari dosa dan kedzaliman. Sebab perintah dan larangan itu menunjukkan adanya kebebasan seorang hamba dalam berkehendak dan berbuat (free will and free act) namun tetap dalam kekuasaan Allah SWT untuk mengintervensi atau tidak. Sehingga imbalan surga ataupun siksa neraka adalah atas usaha dan kerja keras seorang hamba untuk mendapatkan rahmat Allah SWT.

Dengan demikian maka jelaslah bahwa yang tercatat di Lauhul Mahfudz itu adalah pengetahuan Allah SWT tentang kejadian masa yang akan datang, baik berupa hal-hal baik atau buruk yang menimpa hambanya semua dalam pengetahuan Allah SWT dan tercatat di sana. Do’a hamba untuk terbebas dari musibah yang menimpanya pun semuanya tercatat di sana. Bahkan saat Allah SWT mengabulkan atau tidak mengabulkan do’a seseorang saat ditimpa musibah pun telah dicatat di sana. Hasil akhir dari semua proses tersebut, itulah yang disebut sebagai takdir, dan juga tercatat di sana (Lauhul Mahfudz).

Di sisi lain Allah SWT memberikan kepada kita tangan, kaki, akal pikiran dan lainnya untuk difungsikan. Semua rezki itu memang Allah SWT telah tetapkan untuk semua hamba, namun si hamba mau atau tidak menggunakan semua fasilitas yang telah Tuhan berikan itu untuk mengambilnya? Dalam debat tersebut Penulis menyampaikan kepadanya bahwa kami muslim tidak sebodoh itu. Jika takdir adalah fatalism yakni semua perbuatan ditentukan oleh Tuhan, maka kami tentu tidak merasa terbebani oleh dosa setelah kami membunuh, mencuri, berzina dan dosa lainnya. Karena semuanya itu bukan perbuatan hamba. Tetapi tidak ada seorang muslimpun yang meyakini bahwa dia melakukan semua itu karena Tuhan telah menetapkan demikian alias perbuatan yang sudah ditentukan Tuhan untuk terjadi. Seorang muslim tetap merasa terbebani oleh dosa karena melakukan semua perbuatan itu. Ini adalah keyakinan muslim bahwa semua perbuatan itu adalah perbuatan hamba yang kelak akan mendapatkan balasannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *